Dalam konteks pemberitaan dan debat Pilpres,
sebenarnya ada banyak kriteria pemimpin yang baik, termasuk Calon Presiden yang
perlu dipertimbangkan dan dipilih nantinya. Beberapa kriteria tersebut antara
lain :
1. Kapabelitas, yaitu memiliki kemampuan yang memadai, baik dari sisi intelektual, leadership, manajemen dan sebagainya.
2. Kredibelitas, yaitu selama ini orang tersebut memiliki track record yang baik, seperti jujur, komitmen yang tinggi, amanah, terpercaya, tidak arogan, bisa kerja sama, menghargai dan sebagainya.
3. Akseptabilitas, yaitu dapat diterima dan dapat diapresiasi oleh semua golongan.
1. Kapabelitas, yaitu memiliki kemampuan yang memadai, baik dari sisi intelektual, leadership, manajemen dan sebagainya.
2. Kredibelitas, yaitu selama ini orang tersebut memiliki track record yang baik, seperti jujur, komitmen yang tinggi, amanah, terpercaya, tidak arogan, bisa kerja sama, menghargai dan sebagainya.
3. Akseptabilitas, yaitu dapat diterima dan dapat diapresiasi oleh semua golongan.
4.Cinta tanah air siap
mempetahankan aset negara dan Empat Pilar Kebangsaan : Pancasila . Uud 1945 .
Bhinneka Tunggal Ika . Nkri
Oleh karena itu, pada pemilihan nanti berupayalah memilih pemimpin terbaik, yang sudah teruji kapabelitasnya, kredibelitasnya dan akseptablitasnya dengan tentu saja memohon petunjuk dari Alloh SWT. Mudah-mudahan partispasi kita dalam pemilihan Presiden nantinya sebagai bentuk ibadah dalam upaya mencapai kemaslahatan ummat.
Oleh karena itu, pada pemilihan nanti berupayalah memilih pemimpin terbaik, yang sudah teruji kapabelitasnya, kredibelitasnya dan akseptablitasnya dengan tentu saja memohon petunjuk dari Alloh SWT. Mudah-mudahan partispasi kita dalam pemilihan Presiden nantinya sebagai bentuk ibadah dalam upaya mencapai kemaslahatan ummat.
Pemimpin sukses juga ahli
komunikasi, dan ini sungguh terasa ketika mereka sedang berbicara mengenai
“target kerja”. Mereka mengingatkan kolega kerja mereka tentang nilai-nilai
perusahaan dan target yang dicapai — memastikan visi mereka benar-benar dapat
dipahami dan diterjemahkan dalam langkah nyata.
Produktivitas individu serta manajamen waktu
Kapan
memberdayakan setiap menit waktu produktif Anda menjadi tujuan utama? Sini
saya kasih tahu: Jika Anda sulit hidup teratur, bukan orang yang rajin,
memiliki
ruang kerja yang berantakan, serta tidak rapih bukan berarti bahwa Anda terpuruk dan mengenaskan. Itu hanya berarti bahwa Anda seperti banyak orang sukses dan
inovatif yang saya kenal selama beberapa tahun. Dan jika Anda masih harus mencari sedikit waktu, cukup lakukan seperti apa yang saya lakukan. Kurangi. Kurangi sama dengan menambah. Prioritaskan hal penting. Anda akan menjadi lebih sukses dan lebih bahagia. Cukup seperti itu.
ruang kerja yang berantakan, serta tidak rapih bukan berarti bahwa Anda terpuruk dan mengenaskan. Itu hanya berarti bahwa Anda seperti banyak orang sukses dan
inovatif yang saya kenal selama beberapa tahun. Dan jika Anda masih harus mencari sedikit waktu, cukup lakukan seperti apa yang saya lakukan. Kurangi. Kurangi sama dengan menambah. Prioritaskan hal penting. Anda akan menjadi lebih sukses dan lebih bahagia. Cukup seperti itu.
Kecerdasan emosional
Gaya kepemimpinan dan manajemen secara tradisional telah habis. Kini masanya soft skill, siapa yang tidak ingin menjadi seorang CEO yang memiliki empati dan mawas diri? Masalah kecerdasan emosional adalah hal yang sulit diukur. Jika kecerdasan emosional bisa menjadi alat untuk memprediksi kesuksesan bisnis, lalu bagaimana Anda bisa menghitung kecerdasan emosional Steve Jobs, Bill Gates, Larry Ellison, Larry Page, Mark Zuckerberg,
Gaya kepemimpinan dan manajemen secara tradisional telah habis. Kini masanya soft skill, siapa yang tidak ingin menjadi seorang CEO yang memiliki empati dan mawas diri? Masalah kecerdasan emosional adalah hal yang sulit diukur. Jika kecerdasan emosional bisa menjadi alat untuk memprediksi kesuksesan bisnis, lalu bagaimana Anda bisa menghitung kecerdasan emosional Steve Jobs, Bill Gates, Larry Ellison, Larry Page, Mark Zuckerberg,
serta puluhan wirausahawan dan eksekutif sukses lainnya?
DARI sudut psikologi-politik, pemimpin yang
baik bukanlah pemimpin yang mencalonkan diri tetapi pemimpin yang
dicalonkan rakyat. Namun, 99,99% pemimpin yang muncul di Indonesia adalah
pemimpin yang mencalonkan diri hanya karena antara lain punya uang banyak.
Celakanya adalah, 99,99% rakyat Indonesia, terutama para pemilih dalam
pemilu/pemilukada tidak memahami psikologi, terutama psikologi kepribadian.
Hasilnya adalah munculnya pemimpin-pemimpin yang korup.
Mencalonkan
diri dan ambisi
Calon pemimpin yang
mencalonkan diri sebagian besar adalah karena faktor ambisi (dalam arti
negatif). Sebab di belakang ambisi pribadi, tentu ada otivasi-motivasi pribadi.
Karena fokusnya adalah pribadi, maka format berpikirnya adalah mengutamakan
kepentingan pribadi. Hal ini akan mempengaruhi perilaku dan
kebijakan-kebijakannya. Calon pemimpin yang demikianseringkali kurang
memperhatikan kepentingan orang lain. Apalagi kepentingan rakyat. Kepentingan
rakyat hanya merupakan kegiatan sampingan dan mungkin merupakan skala prioritas
ke-9999. Kekecualian memang ada. Tetapi, kebanyakan begitu.
Dicalonkan
rakyat dan amanah
Calon pemimpin yang
dicalonkan rakyat adalah karena faktor amanah (dalam arti positif). Sebab,
rakyat menilai orang yang dicalonkan dianggap sebagai tokoh masyarakat yang
merakyat. Kebanyakan berdasarkan pengamatan sengaja atau tak sengaja selama
bertahun-tahun. rakyat sudah mengenal kualitas pribadinya, perilakunya dan
kualitas kepemimpinannya. Dengan demikian, jika dia terpilih, punya rasa
tanggungjawab yang besar terhadap rakyatnya. Jika perlu, seluruh gajinya akan
dibagikan ke rakyat, terutama rakyat miskin. Kekecualian memang ada, tetapi
kebanyakan demikian.
Contoh
1.Sebagai manusia, Nabi
Muhammad adalah manusia biasa. Namun sebagai Nabi, beliau adalah manusia yang
luar biasa. Beliau tidak hanya dipilih rakyat, tetapi dipilih dan dipercaya
langsung oleh Tuhan untuk mengajarkan, mengamalkan dan menyebarluaskan agama
Islam.
2.Sebagai manusia biasa, Bung
Karno wajar saja kalau suka wanita dan tukang kawin. Tetapi sebagai pejuang
kemerdekaan, beliau mempunyai nilai lebih yang layak diapresiasi. Punya
ideologi yang jelas. Beliau maju sebagai presiden atas usulan dan desakan
rakyat. Karena telah terbukti beliau punya jasa-jasa terhadap kepentingan
bangsa dan negara. Bukan demi kepentingan pribadinya. Walaupun Bung Karno maju
sebagai capres menggunakan keendaraan politik PNI (Partai Nasional Indonesia),
namun beliau menang telak dalam pemilu sebab beliau telah terbukti berangkat
dari perjuangan nyata demi rakyat.
Bagaimana
calon pemimpin sekarang
Kualitas calon pemimpin kita kebanyakan bermodalkan uang banyak, pamer gelar sarjana, pakai peci dan jilbab hanya saat kampanye visi dan misi yang tidak realiisris, janji-janji sorgawi, slogan-slogan berupa pepesan kosong dan mencalonkan diri demi ambisi pribadi dan golongannya. Kalaupun dia terpilih, bukan karena kualitasnya, tetapi karena uang dan janji-janji sorganya. Atau karena faktor popularitas, kharisma, figurnya dan hal-hal lain yang tidak ada hubungannya dengan kualitas. Calon-cal;on pemimpin sekarang juga banyak yang tidak punya ideologi yang jelas.
Kualitas calon pemimpin kita kebanyakan bermodalkan uang banyak, pamer gelar sarjana, pakai peci dan jilbab hanya saat kampanye visi dan misi yang tidak realiisris, janji-janji sorgawi, slogan-slogan berupa pepesan kosong dan mencalonkan diri demi ambisi pribadi dan golongannya. Kalaupun dia terpilih, bukan karena kualitasnya, tetapi karena uang dan janji-janji sorganya. Atau karena faktor popularitas, kharisma, figurnya dan hal-hal lain yang tidak ada hubungannya dengan kualitas. Calon-cal;on pemimpin sekarang juga banyak yang tidak punya ideologi yang jelas.
Jangan
memilih calon pemimpin yang mencalonkan diri dan ambisius
Dari sudut agama dan
perilaku, Nabi Muhammad berpesan agar rakyat jangan memilih calon pemimpin yang
ambisius:
Antara
lain:
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda: ”Demi Allah, saya tidak akan menyerahkan jabatan kepada orang yang meminta dan tidak pula kepada orang yang berharap-harap untuk diangkat”.
2. Mempunyai akal yang waras, kebijaksanaan, pengalaman dan luas pemerhatian, berupaya mengalisa berbagai persoalan serta dapat memahami dan bertindak dengan baik terhadapnya. Ia mestilah bukan seorang yang kerap lupa (pelupa) atau tertutup pemikirannya.
3. Mesti bersifat dan berakhlaq lemah-lembut, kasihan belas dan mudah berurusan. Pimpinan akan terdedah kepada pelbagai ragam manusia. Oleh itu pimpinan perlu memudahkan urusan manusia lainnya dan jangan menjauhkan dan menjarakkan diri dari pergaulan dengan masyarakat.
4. Berani dan bermaruah dan tidak penakut atau membuta tuli. Alangkah bahanya ke atas jamaah jika terdapat pimpinan yang penakut dan bertindak membuta tuli. Dasar keberanian ialah ketetapan hati dan kepercayaan terhadap Allah serta kosong hati dari sifat wahan, iaitu kasihkan dunia dan takut mati. Keberanian yang dituntut ialah berterus terang dalam menyatakan kebenaran, menyembunyikan rahsia, mengakui kesalahan, dan berlapang dada.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda: ”Demi Allah, saya tidak akan menyerahkan jabatan kepada orang yang meminta dan tidak pula kepada orang yang berharap-harap untuk diangkat”.
1. Pemimpin mestilah dari orang yang mengharapkan akhirat, ikhlas
kepada Allah, mempunyai hati yang sejahtera dan sunyi dari penyakit-penyakit
hati yang meruntuhkan amalan seperti riya’, tidak kasihkan pangkat dan jawatan,
tidak berebut untuk jadi pemimpin atau sombong dan lain-lain.
2. Mempunyai akal yang waras, kebijaksanaan, pengalaman dan luas pemerhatian, berupaya mengalisa berbagai persoalan serta dapat memahami dan bertindak dengan baik terhadapnya. Ia mestilah bukan seorang yang kerap lupa (pelupa) atau tertutup pemikirannya.
3. Mesti bersifat dan berakhlaq lemah-lembut, kasihan belas dan mudah berurusan. Pimpinan akan terdedah kepada pelbagai ragam manusia. Oleh itu pimpinan perlu memudahkan urusan manusia lainnya dan jangan menjauhkan dan menjarakkan diri dari pergaulan dengan masyarakat.
4. Berani dan bermaruah dan tidak penakut atau membuta tuli. Alangkah bahanya ke atas jamaah jika terdapat pimpinan yang penakut dan bertindak membuta tuli. Dasar keberanian ialah ketetapan hati dan kepercayaan terhadap Allah serta kosong hati dari sifat wahan, iaitu kasihkan dunia dan takut mati. Keberanian yang dituntut ialah berterus terang dalam menyatakan kebenaran, menyembunyikan rahsia, mengakui kesalahan, dan berlapang dada.
5. Tawaddhu’ dan tidak meninggi diri ke atas
orang lain. Kesombongan adalah penyakit yang menyebabkan hati tertutup untuk
didekati. Inilah penyakit yang paling sukar diubati oleh pimpinan.
6. Menunaikan janji dan perjanjian. Akhlak ini adalah antara akhlaq yang paling dituntut ke atas umat Islam secara umum dan bagi mereka yang bekerja dalam jamaah secara khusus. Akhlaq ini akan mewujudkan suatu suasana kerja yang damai, penuh dengan kepercayaan, ketenangan dan kerjasama. Menunaikan janji adalah suatu tuntutan agama dan mengingkari janji akan memahatkannya sebagai calon ‘munafik’.
7. Sabar. Pimpinan adalah golongan yang paling banyak dijui dengan kesabaran. Pimpinan perlulah golongan yang paling banyak bersabar di dalam menghadapi kerenah ahli-ahli dalaman serta ancaman luaran. Kerana kesabaran pimpinan akan menjadi ukuran kepada anggota bawahan untuk terus cekal dan istiqomah dalam perjuangan.
6. Menunaikan janji dan perjanjian. Akhlak ini adalah antara akhlaq yang paling dituntut ke atas umat Islam secara umum dan bagi mereka yang bekerja dalam jamaah secara khusus. Akhlaq ini akan mewujudkan suatu suasana kerja yang damai, penuh dengan kepercayaan, ketenangan dan kerjasama. Menunaikan janji adalah suatu tuntutan agama dan mengingkari janji akan memahatkannya sebagai calon ‘munafik’.
7. Sabar. Pimpinan adalah golongan yang paling banyak dijui dengan kesabaran. Pimpinan perlulah golongan yang paling banyak bersabar di dalam menghadapi kerenah ahli-ahli dalaman serta ancaman luaran. Kerana kesabaran pimpinan akan menjadi ukuran kepada anggota bawahan untuk terus cekal dan istiqomah dalam perjuangan.
8. Suci
diri dan mulia. Antara cirri seorang pemimpin adalah orang yang mampu mengawal
diri dari mengikut tuntunan hawa nafsunya dan keseronokan dunia. Ia perlulah
mampu mengawal diri dari mengikut hawa nafsu dan menjadi contoh yang baik untuk
diikuti oleh orang bawahannya.
9. Adil dan saksama
walaupun kepada diri sendiri. Pemimpin perlu bersikap adil dan saksama. Adil
beerti meletakkan sesuatu pada tempatnya, memberi hak kepada mereka yang berhak
menerimanya dan membuat keputusan dengan adil walaupun ia akan merugikan
dirinya sendiri.